Rabu, 01 Februari 2023

JURNAL REFLEKSI GURU PENGGERAK ANGKATAN 4

 

JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-1

Oleh: Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan IV – Kabupaten Brebes Jawa Tengah

 

01 Lokakarya Perdana

Bertemu dengan pengajar praktik, guru-guru hebat dan luar biasa, membuat kesepakatan bersama, harapan dan kekhawatiran selama mengikuti diklat CGP

 

  02 Mulai dari diri

Tugas LMS: Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah menuntut segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Mewujudkan merdeka belajar agar siswa senantiasa merasa bahagia karena belajar bukan karena paksaan tetapi karena mereka merasa bahagia dan menyenangkan.

 

03 Eksplorasi Konsep mandiri

Tugas LMS: Potret pendidikan Indonesia sejak zaman colonial hingga kini:

1.      Yang paling menarik menurut saya adalah luar biasa perjuangan para pendahulu kita di dunia pendidikan, pada saat itu dengan segala keterbatasan masa kolonial namun dapat menemukan pemikiran-pemikiran yang luar biasa sampai dengan sekarang ini pemikiran-pemikiran tersebut menjadi dasar, menjadi petujuk bahkan menjadi sebuah falsafah kehidupan dunia pendidikan pada saat ini. 

2.      Tujuan Pendidikan pada masa Kolonial pada awalnya hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan bangsa kolonial saja. Pada perkembangan selanjutnya pendidikan digunakan sebagai alat penjajah untuk mencetak tenaga kerja murah atau pegawai rendahan yang sangat diperlukan untuk perusahaan-perusahaan kolonial. 

3.      Pesamaan situasi pendidikan jaman kolonial dengan situasi pendidikan indonesia saat ini adalah, Persamaan lembaga pendidikan atau sekolah pada masa kolonial dan masa sekarang adalah terdapat jenjang pendidikan dari dasar hingga ke sekolah menegah atas dan perguruan. sdangkan perbedaannya tentang hak pendidikannya bersifat terbatas.


  04 Eksplorasi Forum Diskusi

Diskusi Ruang Virtual yang dipandu oleh fasilitator dan instrukstur Mempresentasikan materi pemikiran Filosofis Ki Hajar Dewantara untuk memberikan penguatan pemahaman kepada peserta terhadap pemikiran Ki hajar Dewantara

1.      CGP berbagi pengalaman ata aaksi nyata nyata proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran Ki hajar Dewantara

2.      CGP berdiskusi terkait pembelajaran yang diperoleh dalam ruang diskusi virtual

3.      Instruktur memberikan umpan balik penguatan terhadap pemahaman CGP

4.      Refelksi pembelajaran secara bersama-sama dalam aplikasi yang telah disediakan oleh instruktur

 

   05 Ruang Kolaborasi

Diskusi melalui ruang Virtual dengan Fasilitator, Pengajar praktik dan CGP, membuat kelompok dan menentukan materi diskusi yang akan dipelajari berikutnya


JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-2

Oleh: Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan IV – Kabupaten Brebes-Jawa Tengah

 

Metode: DEAL (DESCRIPTION, EXAMINATION,

& ARTICULATION OF LEARNING)

 

DESCRIPTION

Berada dalam ruang kolaborasi bersama Fasilitator, Pengajar praktik, dan guru-guru hebat Calon Guru penggerak melalui Konferensi virtual G-Meet menjadi pengalaman baru yang sangat menyenangkan, Berkolaborasi dalam satu kelompok yaitu kelompok E.1.1 saya guru SMK Bersama Guru TK, Guru SD bertukar pikiran dan ide mengenai proses pembelajaran yang sesuai dengan pemikiran ki Hajar Dewantara, kita sepakat untuk mengambil salah satu profil pelajar pancasila yaitu "KREATIF" karena kreatif bisa dilakukan di semua jenjang pendidikan seusuai tahap perkembangan anak-anak. dengan mengambil indikator ATM (Amati, Tiru, Modifikasi, dan Mencipta)

 

EXAMINATION

Masih sedikit kebingungan tentang apa yang harus dilakukan dalam ruang kolaborasi, refleksi terbimbing dan demonstrasi kontekstual, namun dengan melakukan kolaborasi dengan teman-teman Calon Guru penggerak, Pengajar Praktik, dan fasilitator dan dipadukan dengan literasi digital melalui browsing internet maka apa yang saya lakukan dalam demonstrasi kontekstual lebih terarah dengan melihat kekuatan atau kelebihan yang ada dalam diri untuk melakukan sebuah perubahan. dalam hal ini perubahan cara pandang dan proses pembelajaran yang saya lakukan akan lebih menekankan pada sistem pembelajaran yang sesuai dengan pemikiran ki hajar Dewantara yaitu Sistem Among, berpusat pada anak, dan merdeka Belajar.

 

ARTICULATION OF LEARNING

Pada minggu ke -2 ini saya mengetahui bahwa kolaborasi itu sangat penting. Dengan berkolaborasi maka wawasan kita akan semakin bertambah dengan adanya masukkan-masukka dari teman-teman CGP, PP dan Fasilitator sehingga akan semakin menambah pengetahuan kita dan ilmu kita tentang kompetensi kita sebagai pendidik. Selain itu melakukan refleksi atas apa yang telah kita pelajari juga perlu dilakukan agar kita bisa terus melakukan perbaikan. saya ingin meningkatkan kompetensi saya dan kualitas saya sebagai pemimpin pembelajaran dengan terus mengUpgrade pengetahuan dan keterampilan saya untuk dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan pemikiran ki hajar dewantara yaitu mewujudkan pembelajaran Sistem Among, berpihak pada murid, dan merdeka Belajar


JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-3

Oleh: Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan IV – Kabupaten Brebes-Jawa Tengah

Desain Kerangka Filosofis “Merdeka Belajar” Sesuai Pemikiran Ki Hajar Dewantara

 

         Pemikiran  Ki Hajar Dewantara tentang konsep pendidikan sangat bermakna, salah satu konsep yang membuat saya tertarik adalah “merdeka belajar”. Perjalanan sebagai guru penggerak banyak menggugah hati dan menyadarkan kesalahan yang telah diperbuat dalam pembelajaran  setelah saat satu persatu pemahaman pemikiran Ki Hajar Dewantara dipelajari dalam program guru penggerak.

        Aksi Nyata yang saya buat pada tahap satu ini tentang pembelajaran di kelas yang mengusung tema salah satu Profil Pelajar pancasila yaitu “Kreatif”. Saya akan menguraikan kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran yang merdeka. Diawali dengan Mengambil Kertas Emoji yang menggambarkan perasaan mereka saat memasuki kelas. Ada emoji Bahagia, Sedih, Gembira, Jatuh Cinta, dan lain-lain dengan tujuan untuk identifikasi awal perasaan mereka sehingga guru dapat memahami perasaan mereka dan dapat mengambil tindakan secarta individu maupun secara klasikal. Sebelum memulai belajar saya memberikan ice breaking agar suasana pembelajaran lebih tenang dan menyenangkan. Tampak senyuman dan wajah ceria terpancar di raut wajah semua siswa. Ternyata mereka sangat suka dengan suasana yang ceria. Saya berikan sedikit gambaran tekologi digitalisasi dalam kehidupan, salah satunya tentang “Youtube” media youtube selain dapat membuka jendela dunia karna semua pengetahuan semua ada disitu juga dapat menghasilkan profit bagi mereka yang membuatnya dengan semakin banyak yang like dan subscribe. Setelah perasaan mereka terkondisikan barulah secara klasikal guru dan peserta didik membuat kontrak belajar atau kesepakatan sesuai dengan kondisi peserta didik pada saat itu.  Satu persatu siswa mengungkapkan kesepakatannya. Ini salah satu trik yang saya lakukan agar siswa merasa bertanggung jawab atas kesepakatan yang telah mereka buat sendiri. Barulah saya memulai dengan apersepsi materi yang akan diberikan.

        Materi tidak langsung saya ajarkan kepada peserta didik, namun saya hanya memberikan stimulus yang merangsang mereka untuk mengeksplorasi pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki mereka dalam kehidupan sehari-hari mengenai materi matematika “Sistem Persamaan Linier Dua variable, dengan cara literasi digital, studi lapangan (Contectual) dan strategi-strategi lain sesuai kreativitas peserta didik. Saya memberikan stimulus kepada peserta didik untuk membuat video pendek tentang kasus-kasus atau permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan matematika. Pembelajaranpun tidak saya lakukan di dalam kelas. Peserta didik melakukan pembelajaran dimanapun mereka merasa nyaman nyaman sesuai dengan komitmen yang telah disepakati. Secara otomatis peserta didik berkelompok sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama-sama.

       Setelah peserta didik mengidentifikasi permasalahan-permasalah dalam kehidupan sehari-hari saya arahkan untuk mengaitkan permasalahan-permasalahan tersebut ke dalam bentuk matematika. Baik disadari atau tidak kreativitas peserta didik muncul dengan sendirinya. Ada yang melibatkan warga sekitar, ada yang melibatkan guru mata pelajaran lain, ada yang melibatkan kakak kelas sampai teman sejawat mereka untuk membuat video pendek tersebut. Setalah video yang mereka buat sudah jadi dengan kreativitas masing-masing semua peserta didik mengupload hasilnya ke Youtube dan teman-teman yang lain saling komentar, saling like, dan saling subscribe sehingga secara otomatis pembelajaranpun dilaksanakan melalui Canal Youtube. Dengan demikian Blender learning dapat terlaksana yaitu perpaduan pembelajaran luring dan daring dengan penekanan pada kreativitas peserta didik, sehingga profil pelajar pancasila “Kreatif” dapat dilaksanakan dengan baik sehingga merdeka belajar dapat terwujud.

 

Moahamad Nurokhudin,  Lahir di Brebes,

04 januari 1985,  Guru Matematika SMK Negeri 2 Songgom

Kab. Brebes.  Lulusan S1 Pendidikan Matematika

IKIP PGRI Semarang

HP/Wa : 085741116074

E-mail :  moh.nurokhudin@gmail.com

 

 

 

 

 


JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-4

Oleh: Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan IV – Kabupaten Brebes-Jawa Tengah

Metode: 5 R (REPORTING, RESPONDING, RELATING, REASONING, RECONTRUCTING)

 

REPORTING (Menceritakan Ulang peristiwa yang terjadi)

Pembelajaran Minggu ini:

  • 1.2.a.3 Mulai Dari Diri - Nilai dan peran Guru penggera

Dengan menggunakan trapesium usia saya dapat mengidentifikasi nilai-nilai diri sendiri, yang selama ini melekat dalam pribadi saya dan saya dapat menjelaskan peran diri sebagai seorang Guru di dalam lingkungan sekolah

  • 1.2.a.4 Eksplorasi konsep - Nilai dan Peran Guru Penggerak

saya menjelaskan Hubungan antara Profil Pelajar Pancasila, dengan Peran serta Nilai Guru Penggerak yang sudah saya pelajari yaitu sebagai Guru penggerak yang berperan sebagai pemimpin pembelajaran, menggerakan komunitas praktisi, menjadi mentor atau contoh bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, mewujudkan kepemimpinan murid salah satu tugasnya adalah mewujudkan profil pelajar Pancasila, dan mensukseskan program merdeka belajar. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru penggerak mempunyai kapasitas untuk mengembangkan kurikulum nasional berbasis pelajar pancasila, mengintegrasikan karakter pelajar pancasila dalam kegiatan pembelajaran kurikuler maupun nonkurikuler, mengorganisasikan guru untuk aktif mengkampanyekan konsep pelajar Pancasila.

  • 1.2.a.5 Ruang Kolaborasi

Saya berkolaborasi dengan rekan CGP lain dan  bersama kelompok mempresentasikan hasil kolaborasi di depan kelompok lain serta fasilitator

  • 1.2.a.6 Refleksi terbimbing

1.      saya menjelaskan dalam LMS Apa saja nilai diri saya? (yang terdapat pada bagian mulai dari diri),

2.      yang saya rasakan setelah mengetahui nilai dari Guru Penggerak

3.      nilai diri Guru Penggerak yang sudah saya miliki sekarang

4.      nilai-nilai yang sudah saya pelajari, nilai apa yang saya rasa perlu saya kuatkan

5.      yang saya rasakan setelah mengetahui peran dari seorang Guru Penggerak

6.      yang bisa saya lakukan untuk menguatkan peran dan nilai Guru Penggerak

7.      yang akan menghambat saya dalam memperkuat peran dan nilai Guru Penggerak dalam diri saya

  • 1.2.a.7 Demonstrasi Kontekstual

Saya menciptakan gambaran diri saya di masa depan, setelah mengikuti rangkaian program pendidikan Guru Penggerak dengan berbagai media

RESPONDING (Merespon tanggapan yang diberikan dalam menghadapi peristiwa)

Banyak pengalaman dan pengetahuan baru yang saya dapatkan dalam sepekan ini, salah satunya saat berada di ruang kolaborasi saat diskusi maupun saat presentasi, semua CGP diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat pengetahuan serta pengalaman sebagai seorang guru. saya mendapatkan ilmu baru dan hal-hal yang baru dari rekan sesama CGP, semau dijabarkan secara rinci sesuai pengalaman rekan-rekan CGP.

RELATING (Mengkaitkan antara peristiwa dengan pengetahuan, keterampilan,  Keyakinan / informasi lain yang dimiliki)

Dari Modul 1.2 saya memahami bahwa ada saling keterkaitan antara profil pelajar pancasila dengan nilai dan peran guru penggerak. Dengan peran sebagai seorang guru seperti pengajar, pendidik, motivator, inovator, suritauladan, guru penggerak diharapkan dapat merancang dan melaksanakannya sesuai dengan profil pelajar pancasila yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan YME, berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri. Pelajar pancasila merupakan perwujudan pelajar indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nuili-nilai pancasila. Profil pelajar pancasila ini merupakan gambaran karakter yang harus dimiliki oleh manusia indonesia di masa yang akan datang.

 REASONING (menganalisis dengan detail mengaopa peristiwa itu terjadi lalu mengambuil beberapa perspektif lain)

Nilai yang perlu saya kuatkan adalah nilai berpihak pada murid, terkadang saya masih melakukan pembelajaran teacher center karena tuntutan kurikulum yang menuntut pembelajaran secara klasikal dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang sudah ditentukan dalam kurikulum yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Sikap seperti ini tidak bisa membuat anak senang dan bahagia karena peran guru dan tuntutan Kurikulum terlalu menguasai pembelajaran. Padahal banyak persoalan hidup yang tidak tercantum dalam Kompetensi dan Kompetensi dasar yang telah ditentukan.  hal tersebut cenderung mengekang kemerdekaan anak. Persoalan itu harus semakin saya cari solusinya dan pembelajaran yang berpusat pada murid harus saya kuatkan lagi agar saya dapat mengimplementasikan merdeka belajar atau pembelajaran yang berpusat pada murid agar membuat murid lebih merasakan kemerdekaan dan kebahagiaan dalam proses pembelajaran 

RECONTRUCTING (merancang Ulang)

Refleksi mandiri merupakan kuynci utama untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan diri. melalui refleksi saya dapat membuat rencana tindak lanjut jika ada yang harus diperbaiki. melalui proses pendidikan guru penggerak ini saya berusaha menerapkan atau mengimplementasikan pendidikan yang menghamba kepada murid secara maksimal agar saya lebih dekat lagi dengan karakter-karakter murid dan lebih maksimal dalam melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada murid.

 

 


JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-5

Oleh: Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan IV – Kabupaten Brebes-Jawa Tengah

Metode: 4 C (Conection, Callenge, Concept, Change)

 

Ø  CONECTION

Minggu ini saya belajar mengelaborasi pemahaman bersama instruktur (Bpk. Yoga Agni Erlangga). Pembelajaran dengan sesi instruktur memberikan saya pengalaman belajar mengelaborasi materi yang saya peroleh secara mandiri dan diskusi kelompok dengan pengalaman dan pendapat dari instruktur. Saya dapat membuat keterkaitan antara materi-materi yang telah saya pelajari, pengalaman-pengalaman yang sudah saya lakukan dan harapan atau mimpi-mimpi ke depan yang harus saya wujudkan dalam aksi nyata.

Ø  CALLENGE

Secara umum, semua ide, materi dan pendapat dari narasumber tidak jauh berbeda dengan praktik yang selama ini saya lakukan di sekolah. Hanya saja saya mendapatkan pencerahan dan pengetahuan-pengetahuan baru dari instruktur terkait system kerja otak manusia. Bahwa focus pikiran manusia cenderung ke hal yang negative dan cenderung untuk memaksakan otak kita yang disebabkan oleh pengalaman-pengalaman buruk di masa lalu.

Hal ini saya kaitkan dengan kondisi saat ini dan di sekolah saya, bahwa anak-anak cenderung malas belajar di kelas atau motivasinya kurang. Penyebabknya tidak lain adalah mereka terlebih dahulu berfikir negative terhadap mata pelajaran yang akan mereka ikuti. Terlebih pelajaran saya yaitu pelajaran matematika yang mainset atau cara piker mereka matematika cenderung susah dan ribet. Sehingga untuk mengikutinya saja mereka sudah berfikir negative terlebih dahulu bahwa matematika itu pelajaran yang sulit.

Ø  CONCEPT

Konsep utama yang saya pelajari minggu ini adalah bagaimana cara kita untuk menguatkan Nilai dan peran guru penggerak. Saya mendapatkan banyak ide dan gagasan melalui tahapan MERDEKA (mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang kolaborasi, Refleksi terbimbing, Demonstrasi Kontekstual, Koneksi antar materi, dan Aksi Nyata) yang saya harus lakukan setiap kegiatan untuk menguatkan Nilai nilai dan peran saya sebagai seorang guru Pemnggerak


Ø  CHANGE

Setelah saya melaksanakan tahapan-tahapan MERDEKA dengan fasilitator, instruktur dan sesame rekan calon Guru Penggerak dan didukung oleh para pemangku kepentingan pendidikan di sekolah saya akan terus berusa melakukan perubahan perubahan dari mulai yang sederhana namun berdampak positif bagi seluruh warga sekolah. Dan akan terus memberikan pemahaman-pemahaman serta sosialisasi tentang nilai-nilai dari seorang pendidik dan peranannya dalam mengembangkan pendidikan.


JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-6

Oleh: Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan IV – Kabupaten Brebes - Jawa Tengah
MODEL 4 F (FACTS, FEELINGS, FINDINGS, FUTURE)



FACT (PERISTIWA)

1.3.a.3. Mulai dari Diri - Visi Guru Penggerak

Saya memaparkan imajiku tentang muridku di masa depan, merangkai mimpi dan merumuskan visi guru penggerak melalui poster

1.3.a.4. Eksplorasi Konsep - Visi Guru Penggerak

Saya mengeksplorasi berbagi visi murid impian dan berbagi tugas kesimpulan  tentang inquiri apresiatif dan video tentang BAGJA

1.3.a.5. Ruang Kolaborasi - Visi Guru Penggerak (Unggah)

Saya berkolaborasi dengan teman sesame calon guru penggerak untuk membuat pemetaan kekuatan untuk mewujudkan visi guru penggerak dalam bentuk poster gallery walk

FEELINGS (PERASAAN)

Antusias dan semangat untuk berkolaborasi dengan sesame CGP, PP dan fasilitator menambah wawasan baru tentang pemetaan kekuatan pendukung untuk mewujudkan visi Guru penggerak. Bangga dan bahagia karena kami dapat bertukar pikir ilmu pengetahuan dengan kreatif dan inovatif.

FINDINGS (PEMBELAJARAN)

Saya lebih memahami peran dan visi guru penggerak yang memiliki banyak rintangan dan hambatan dalam perjalanannya, namun dengan ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan dari pendidikan guru penggerak saya menjadi lebih bersemangat untuk menjalani tantangan dan rintangan yang ada melalui tahapan-tahapan MERDEKA, mulai dari dalam diri sendiri sampai dengan aksi nyata.

FUTURE (PENERAPAN)

Menjalin kolaborasi, komunikasi dan hubungan yang harmonis dengan seluruh pemangku kepentingan pendidikan agar visi guru penggerak dapat tercapai, selain itu juga mengenal karakteristik SWOT yaitu Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman) yang dimiliki oleh asset internal dan asset eksternal


JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-7

Oleh: Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan IV – Kabupaten Brebes-Jawa Tengah

Metode: 4 C (Conection, Callenge, Concept, Change)

 

ü  CONECTION

Minggu ini saya belajar mengelaborasi pemahaman bersama instruktur (Ibu Siti Luthfah, M.Pd.). Pembelajaran dengan sesi instruktur memberikan saya pengalaman belajar mengelaborasi materi yang saya peroleh secara mandiri dan diskusi kelompok dengan pengalaman dan pendapat dari instruktur. Saya dapat membuat keterkaitan antara materi-materi yang telah saya pelajari, pengalaman-pengalaman yang sudah saya lakukan dan harapan atau mimpi-mimpi ke depan yang harus saya wujudkan dalam aksi nyata.

 

ü  CALLENGE

Secara umum, semua ide, materi dan pendapat dari narasumber tidak jauh berbeda dengan praktik yang selama ini saya lakukan di sekolah. Hanya saja saya mendapatkan pencerahan dan pengetahuan-pengetahuan baru dari instruktur terkait visi guru penggerak. Agar visi tersebut tercapai kita harus menganalisis SWOT yaitu yaitu Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman) yang dimiliki oleh asset internal dan asset eksternal yang dimiliki oleh semua komponen pendidikan. Kekuatan kekuatan yang ada perlu kita petakan agar visi tersebut dapat tercapai. Namun yang lebih kita tekankan yaitu Pemetaan Strengths (kekuatan) yang dimiliki. Dengan kita selalu berfikir positif tentunya akan membawa hasil yang positif juga sehingga sehingga kelemahan dan ancaman terasa mudah untuk kita jalani atau terkalahkan oleh kekuatan-kekuatan positif yang kita miliki.

 

ü  CONCEPT

Konsep utama yang saya pelajari minggu ini adalah bagaimana kita meyusun visi kita sebagai guru penggerak dan mewujudkan visi tersebut. Kita sebagai guru dapat mewujudkan visi kita dengan menerapkan pendekatan Inkuiri Apresiatif model BAGJA  sebagai salah satu cara dalam meningkatkan organisasi/sekolah atau pembelajaran dalam kelas, Kolaborasi antar pemangku kepentingan yang menjadi asset internal dan eksternal menjadi hal yang wajib dilakukan jika kita ingin mencapai hasil yang maksimal. Pendekatan itu adalah Pendekatan Inkuiri Apresiatif dengan menggunakan tahapan BAGJA.  sebagai salah satu model manajemen perubahan dan mencoba menerapkannya melalui tahapan dalam Inkuiri Apresiatif yang disebut dengan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi. 

 

ü  CHANGE

Setelah saya mempelajari Visi guru penggerak melalui model Inkuiri Apresiatif dengan tahapan B.A.G.J.A saya berusaha merumuskan visi saya sendiri sebagai seorang guru penggerak pendekatan inquiry apresiatif dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik apa yang telah ada di sekolah, mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik. Didalam pendekatan inquiry apresiatif terdapat beberapa tahapan, yaitu sesuatu yang kita kenal dengan istilah BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi).

 

 


JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-8

Oleh: Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan IV – Kabupaten Brebes-Jawa Tengah

Metode: DEAL (DESCRIPTION, EXAMINATION,

& ARTICULATION OF LEARNING)

 

ü  DESCRIPTION

Berada dalam ruang kolaborasi bersama Fasilitator, Pengajar praktik, dan guru-guru hebat Calon Guru penggerak melalui Konferensi virtual G-Meet menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan, Berkolaborasi dalam satu kelompok yaitu kelompok E.1.1 saya guru SMK Bersama Guru TK, Guru SD melalui diskusi luring secara langsung kami berkumpul di satu sekolah, dan dilanjutkan diskusi secara daring melalui Gmeet kami bertukar pikiran dan ide konsep budaya positif dan menganalisis kasus-kasus penerapan segitiga restitusi.

 

ü  EXAMINATION
masih sedikit kebingungan tentang analisis segitiga restitusi, dan belum memahami betul konsep-konsep budaya positif terutama dalam menganalisis segitiga restitusi, dengan kami berdiskusi dengan teman-teman CGP kami bersama-sama saling memberikan masukkan untuk menganalisis contoh kasus-kasus penerapan segitiga restitusi.

 

ü  ARTICULATION OF LEARNING
Pada minggu ke -8 ini saya mengetahui bahwa kolaborasi itu sangat penting. Dengan berkolaborasi maka wawasan kita akan semakin bertambah dengan adanya masukkan-masukkan dari teman-teman CGP, PP dan Fasilitator sehingga akan semakin menambah pengetahuan kita dan ilmu kita tentang kompetensi kita sebagai pendidik. Selain itu melakukan refleksi atas apa yang telah kita pelajari juga perlu dilakukan agar kita bisa terus melakukan perbaikan. saya ingin meningkatkan kompetensi saya dan kualitas saya dengan terus mengupgrade pengetahuan dan keterampilan saya dalam penerapan budaya positif di sekolah melalui penerapan segitiga restitusi

 


JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-9

OLEH: Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan 4 SMK Negeri 2 Songgom Kab. Brebes

MODEL SEGITIGA REFLEKSI

 

Pembelajaran pertama adalah mulai dari diri, yaitu menjawab beberapa pertanyaan reflektif dan terkait masalah yang diberikan dalam LMS. Pembelajaran kedua adalah eksplorasi konsep, yaitu membaca konsep-konsep tentang pembelajaran berdiferensiasi, mengamati video, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan, serta membuat Diagram Frayer Pembelajaran Berdiferensiasi sebagai gambaran pemahaman pada pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran ketiga adalah ruang kolaborasi, yaitu diskusi dalam kelompok besar dan kelompok kecil, tentang pembelajaran berdiferensiasi, studi kasus, dan penyusunan RPP Berdiferensiasi.

Berikut ini Jurnal Refleksi Minggu Ke-9 yang saya susun minggu ini, menggunakan model segitiga refleksi.


Segitiga Orange: 

Akhirnya saya mampu memahami pembelajaran berdiferensiasi, berupa diferensiasi konten, proses, dan produk, lingkungan yang mendukung pembelajaran berdiferensiasi, dan penilaian yang tepat.

Segitiga Kuning: 

Saya semakin antusias, termotivasi, dan tertantang menggali kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid serta menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas.

Segitiga Hijau: 

Saya memahami bahwa pembelajaran berdiferensiasi penting untuk mengoptimalkan berkembangnya potensi, minat, dan bakat murid.

Segitiga Abu: Target saya setelah pembelajaran minggu ini adalah rencana pelaksanan pembelajaran yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi sesuai kondisi kelas.


JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-10

Oleh: Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan IV-Kabupaten Brebes-Jawa Tengah

Metode: 4 F ( FACT, FEELINGS, FINDINGS, FUTURE)

 

ü  FACT

Kegiatan pembelajaran minggu ini saya bersama rekan-rekan calon guru penggerak berada dalam ruang kolaborasi, yaitu presentasi hasil kerja kelompok. Dalam kegiatan ini, saya bisa berinteraksi dengan rekan CGP lain, berbagi mengenai RPP berdiferensiasi yang telah disusun, dan saling memberi penguatan. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan refleksi terbimbing, yaitu menuliskan hal-hal yang dirasa sulit dan dukungan yang dibutuhkan jika harus menerapkan hal sulit tersebut. Pembelajaran selanjutnya adalah demonstrasi kontekstual, yaitu menyusun RPP berdiferensiasi sesuai mata pelajaran yang diajar. Ini adalah penerapan dari konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya, yaitu pemetaan kebutuhan siswa melalui diagnosis kemampuan, minat, dan profil belajar siswa, serta tiga strategi diferensiasi. Secara umum, pembelajaran minggu ini memberikan saya pemahaman dan pengalaman dalam menyusun RPP untuk memfasilitasi keragaman siswa. Dalam menyusun RPP berdiferensiasi, awalnya saya mengalami kendala dalam menetapkan strategi yang digunakan. Dengan masukan rekan CGP dan bimbingan dari fasilitator, saya bisa menyelesaikan satu RPP berdiferensiasi yang akan saya terapkan dalam pembelajaran.

 

ü  FEELINGS

Selama pembelajaran berlangsung, saya merasa bersemangat dan antusias mengikuti setiap sesi. Perasaan semangat muncul karena saya ingin tahu lebih jauh tentang pembelajaran berdiferensiasi. Hal ini membuat saya antusias mengikuti pembelajaran pada tiap sesi. Saya tertarik untuk menganalisis kebutuhan belajar siswa, menetapkan strategi diferensiasi, dan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas. Saya merasa bersyukur karena telah sampai pada pembelajaran ini.

 

ü  FINDINGS

Pembelajaran yang saya ikuti memberikan banyak pengetahuan dan pemahaman tentang kebutuhan belajar siswa meliputi kesiapan belajar, minat, dan profil belajar, serta cara-cara menganalisisnya. Selain itu, saya juga mendapatkan pemahaman mengenai strategi diferensiasi, meliputi diferensiasi konten, proses, dan produk. Meskipun selama ini saya pernah melakukan kegiatan pembelajaran di kelas yang saya rasa bisa mengakomodasi kesiapan belajar siswa yang berbeda-beda, tetapi hal itu masih mengandung miskonsepsi pembelajaran berdiferensiasi. Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi, saya mendapat banyak pengetahuan baru dan pemahaman baru tentang pembelajaran berdiferensiasi.

 

ü  FUTURE

Sebelum melaksanakan pembelajaran, saya akan memetakan kebutuhan belajar siswa melalui asesmen diagnosis, survei, pengamatan, dan wawancara. Melalui pemetaan kebutuhan belajar ini, saya bisa merencanakan strategi diferensiasi yang tepat. Dalam penerapannya di kelas, saya akan melibatkan rekan sejawat untuk mengobservasi dan memberi umpan balik terhadap pembelajaran yang saya lakukan. Melalui umpan balik yang diberikan, saya dapat memperbaiki perencanaan dan penerapan pembelajaran berdiferensiasi sesuai kebutuhan belajar siswa.

 

 

 


JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-11

OLEH: Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan 4 SMK Negeri 2 Songgom Kab. Brebes

Model DEAL (Descriptions, Examination, Articulation Of Learning)

 

ü  Descriptions

Description yaitu mendeskripsikan pengalaman yang dialami dengan menceritakan unsur 5W1H (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, bagaimana) Pada minggu kesebelas ini, saya belajar tentang Pembelajaran Berdiferensiasi melalui LMS Modul 2.1. Dalam materi ini saya terlebih dahulu melanjutkan belajar materi sebelumnya. Setelah mendalami materi tentang Pembelajaran Berdiferensiasi, saya memperoleh kesempatan melakukan koneksi antar antar materi dan aksi nyata. Dalam melakukan koneksi antar materi, saya bekerja secara mandiri. Sedangkan saat aksi nyata, saya berkolaborasi dengan sesama CGP dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berdiferensiasi Saya melakukan koneksi antar materi untuk menemukan keterkaitan dari materi Pembelajaran Berdiferensiasi dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Sementara pada bagian Aksi Nyata, saya membutuhkan upaya ekstra keras untuk bisa menyusun RPP Berdiferensiasi yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran.

 

ü  Examination

Examination yaitu menganalisis pengalaman tersebut dengan membandingkannya terhadap tujuan/rencana yang telah dibuat sebelumnya. Saya  tidak mengalami kesulitan dalam menyusun keterkaitan atau koneksi antar materi yang telah dipelajari. Hal ini karena dalam proses pembelajaran daring, saya  telah menentukan pokok-pokok materi yang dipelajari dalam setiap modul. Hal ini sebagai hasil belajar dari pengalaman sebelumnya saat masih awal mengikuti program ini. Sementara dalam pelaksanaan Aksi Nyata, saya berusaha memadukan RPP yang sudah ada dengan menambahkan diferensiasi. Namun, ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Meskipun pada dasarnya sama dengan penyusunan RPP seperti biasa, tetapi kendala tetap ada. Pengalaman menulis RPP sebelumnya hanyalah dasar. Pengembangannya membutuhkan waktu lebih untuk mempelajari lebih lanjut. Kendala terutama dalam melakukan pemetaan kebutuhan peserta didik. Pada sesi latihan ini, RPP berdiferensiasi yang disusun masih  menampakkan masalah yang dihadapi murid terutama alokasi waktu dan manajemen kelas yang efektif.

ü  Articulation of Learning

Articulation of Learning yaitu Menjelaskan hal yang dipelajari dan rencana untuk perbaikan di masa mendatang. Memasuki bagian koneksi antar materi dan aksi nyata ada pembelajaran di dalamnya. Terutama bahwa dalam menentukan aspek diferensiasi saya harus menyiapkan terlebih dahulu pemetaan kebutuhan murid. Hal ini akan memudahkan saya dalam menentukan bentuk diferensiasi yang akan dipilih demi tercapainya tujuan pembelajaran. Kedepannya rencana perbaikan yang akan dilakukan terkait pemilihan aspek diferensiasi yang tepat sesuai pemetaan kebutuhan belajar murid.

JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-12

OLEH: Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan 4 SMK Negeri 2 Songgom Kab. Brebes

MODEL 5R (Reporting, Responding, Relating, Reasoning, Recontructing)

 

ü  Reporting

Kegiatan Calon Guru Penggerak minggu ke-12 dimulai dari Eksplorasi Konsep Mandiri, kemudian Eksplorasi Konsep Forum Diskusi dilanjutkan dengan Eksplorasi Konsep Forum Diskusi – Asinkron

 

ü   Responding

Dalam eksplorasi konsep mandiri CGP membaca dan menjawab pertanyaan yang ada di LMS tentang pemahaman kompetensi sosial dan emosional, yaitu: kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berhubungan sosial dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, serta pemahaman tentang pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh menggunakan teknik STOP. Dalam Eksplorasi Konsep forum diskusi CGP berusaha memahami 5 kasus yang diberikan. Kelima kasus tersebut adalah masalah yang berlaitan tentang kompetensi Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE).  CGP diminta untuk melihat kelima kasus tersebut secara mendalam, memberikan ulasan sesuai pemahaman yang telah dipelajari pada sesi eksplorasi konsep mandiri.

 

ü   Relating

Dengan Kompetensi Pembelajaran Sosial dan Emosional ini CGP diharapkan mampu mengatasi sikap dan emosinya dalam setiap situasi yang dihadapinya, terutama yang menimbulkan konflik dan tekanan. Situasi tersebut baik yang berhubungan dengan tugasnya di sekolah saat menghadapi siswa dan pekerjaan lainnya, perannya di masyarakat, maupun perannya dalam keluarga.  Agar CGP mampu memiliki kesadaran diri sebagai individu, kesadaran sebagai mahluk sosial, pengelolaan diri dan emosinya, dan dalam mengambil keputusan yang lebih bertanggung jawab.

 

 

 

 

ü   Reasoning

Bagi saya Pembelajaran Sosial Emosional ini sangat diperlukan dalam upaya menjadi pribadi seorang guru yang lebih baik. Seorang guru yang mampu memberikan yang terbaik bagi siswanya, memahami keinginan dan kebutuhan siswanya, juga mampu mengenali dan mengelola dirinya. Sebagai seorang guru yang terkadang harus menghadapi tugas yang multitasking, CGP diberikan bekal dan alternatif penyelesaian berupa pembelajaran yang sangat kompleks dalam menghadapi suatu masalah atau konflik.

 

ü   Recontructing

Saya akan belajar lebih banyak lagi tentang Pembelajaran Sosial dan Emosional (Mindfulness), terutama cara menggunakan teknik STOP. Saya akan menerapkannya dalam proses pembelajaran. Akan lebih banyak berkoordinasi dengan warga sekolah dan orang tua siswa. Akan selalu mengadakan refleksi dan evaluasi terhadap proses pembelajaran.

 


JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-13

OLEH: Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan 4 SMK Negeri 2 Songgom Kab. Brebes

MODEL 4F (FACT, FEELING, FINDING, FUTURE)

 

*        Fact (Peristiwa)

Di minggu tigabelas ini ada beberapa materi yang harus dipelajari dan beberapa aktivitas pembelajaran yang harus dilalui yaitu;

·            Ruang Kolaborasi Pembelajaran Sosial Emosional

·            Unggah Hasil Kolaborasi dengan Sesama CGP

·            Refleksi Terbimbing Pembelajaran Sosial Emosional

·            Demonstrasi Kontekstual Pembelajaran Sosial Emosional

 

*         Feeling (Perasaan) 

Saat mempelajari materi baru saya merasa bersyukur termasuk bagian dari perubahan karena saya jadi tahu bagaimana mengenali serta mengendalikan emosi dan kesulitan, bagaimana menyikapi peserta didik dengan memunculkan rasa empati bukan penghukuman. Muncul rasa bahagia tatkala berdiskusi dengan Calon guru penggerak lain terkait materi pembelajaran Sosial emosional karena tercerahkannya pemikiran. Berbagi pengalaman pengimplementasian parktik baik yang mampu mengarahkan peserta didik untuk bahagia dan merdeka. 

 

*        Finding (Pembelajaran)

Merubah mindset menambah wawasan dan pengalaman harus berproses dalam menyelesaikan kesulitan, tidak reaktif akan tetapi responsif, berpikir secara matang tidak teburu-buru dan menciptakan suasan tenang dalam berpikir dan bertindak. Setelah mempelajari materi PSE ini saya jadi mengetahui bagaimana untuk mengembalikan fokus dan mengintegrasikan pembelajaran social emosional dalam kelas, kegiatan sekolah dan budaya positif. Inspirasi dan motivasi diperoleh dengan berdiskusi dengan calon guru penggerak lain pada sesi diskusi dan pengerjaan PSE itu diterapkan di sekolah. 

 


*        Future (Penerapan)

Akan mencoba untuk mengimplementasikan pembelajaran Sosial emosional di kelas dan membagikan praktik baik ini kepada warga sekolah lainnya sehingga perubahan akan lebih cepat dirasakan murid. Perlu diadakannya kolaborasi, membuka ruang pikiran untuk berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan seluruh warga sekolah khususnya guru-guru untuk mengciptakan ekosistem pendidikan yang berpusat pada anak dengan menerapkan pembelajaran social emosional

 


JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-14

OLEH: Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan 4 SMK Negeri 2 Songgom Kab. Brebes

MODEL 4C (Connection, Challenge, Concept, Change)

 

*        Connection

a.        Aksi nyata modul 2.2. Pembelajaran Social dan Emosional

Dalam aktivitas pembelajaran aksi nyata, saya membuat RPP baru yang mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional pada mata pelajaran yang sesuai dengan yang diampu saya yaitu matematika pada materi matriks.  Dalam aksi nyata, RPP yang saya buat diaplikasikan di kelas melalui pembelajaran kompetensi sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh dan mendokumentasikannya. RPP yang saya buat memuat diferensiasi konten, proses dan produk dengan memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan Berdasarkan Kesiapan Belajar (Readiness).  Sedangkan kompetensi social emosional yang dintegrasikan memuat tiga kompetensi social emosional. Pertama, KSE Kesadaran diri (pengenalan emosi) dengan Teknik "Bernafas dengan kesadaran penuh (Mindfulness)". Guru dan murid melakukan kegiatan STOP untuk merilekskan murid dan lebih bersemangat melanjutkan proses pembelajaran. Tahapan-tahapan STOP meliputi: 1) Stop yaitu Berhenti melakukan kegiatan; 2) Take a deep breath yaitu Tarik nafas dalam-dalam; 3) Observe yaitu perhatikan yang dirasakan tubuh; dan 4) Proceed: lanjutkan aktivitas selanjutnya dengan penuh semangat dan fresh. Kedua, KSE Pengelolaan diri (mengelola emosi dan fokus) dengan menggunakan Teknik "Sapaan Humanis di setiap awal pembelajaran". Ketiga, KSE Kesadaran sosial (keterampilan berempati) dengan Teknik Diskusi kelompok. Guru memberikan pemahaman kepada murid untuk menanamkan rasa saling menghargai perbedaan pendapat dan berbagi pengetahuan ketika berdiskusi:

Adapun dokumentasi dari aktivitas pembelajaran aksi nyata pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran social emosional dapat dilihat di video yang diunggah di laman youtube dengan link:

https://youtu.be/fFKgT1V0e8k

 

 

 

b.       Mulai dari Diri

Seberapa Jauh Saya Memahami Konsep Coaching di sekolahSaya mengidentifikasi pengetahuan dan pengalaman yang menggambarkan praktik coaching di dunia pendidikan. Materi ini sangat relevan dengan peran saya sebagai guru penggerak karena di aktivitas pembelajaran mulai dari diri saya belajar sebagai pendidik yang menghambat terhadap tujuan pembelajaran murid. Saya belajar untuk menanggapi beberapa kasus yang ada di Learning management system (LMS). Berikut dokumentasi dari proses menanggapi kasus yang disajikan dalam LMS:

c.        Eksplorasi Konsep Modul Coaching

Pada kegiatan Eksplorasi Konsep, saya melalui beberapa proses kegiatan mandiri untuk mempelajari materi melalui kegiatan membaca dan menjawab pertanyaan, dan diskusi asinkron untuk menguatkan pemahaman terkait materi yang dipelajari. Adapun materi yang akan dipelajari adalah: Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan, Komunikasi Yang Memberdayakan, TIRTA Sebagai Model Coaching.

 

*        Challenge

Pada aktivitas pembelajaran ini calon guru penggerak diketuk hati untuk melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid setiap akan melakukan pembelajaran dan memperhatikan sosial emosional untuk mengembalikan focus sehingga pembelajaran dilakukan dapat memaksimalkan karakteristik, potensi dan keunikkan murid, Selama ini pembelajaran atau praktik baik yang dilakukan baik dengan cara berkomunikasi, bertanya dan proses pendampingan belum menyentuh secara mendalam. Kebiasaan yang guru lakukan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi murid selalu langsung diberikan solusi atau dengan redaksi seperti ini "kalau bapak/ibu guru dulu jika mengalami masalah ini selalu melakukan ini dan berhasil" (memberikan solusi dengan pengalaman), tanpa menggali potensi/kemampuan apa yang dimiliki murid dan dapat dioptimalkan untuk menyelesaikan masalah yang hadapi murid itu sendiri. Guru hanya menggali optimalisasi potensi murid.

 


*        Concept

Proses yang dilakukan guru selama ini menggunakan pembelajaran yang berpusat kepada guru dan cenderung monoton. Setelah mempelajari modul ini ternyata sangat penting bagi seorang guru melakukan pembelajaran yang didasarkan pada kebutuhan belajar murid baik dari minat belajar, kesiapan belajar atau profil belajar murid. selain itu banyak pengetahuan baru dari aktivitas belajar modul pembelajaran social emosional ketika kita menghadapi bertumpuknya tanggung jawab yang menimbulkan stress dan emosi. Di aktivitas ini diajarkan bagaimana mengenal, mengelola, mengendalikan emosi, menumbuhkan rasa empati kepada siapapun khususnya murid, berdaya lenting dan menentukan pilihan/keputusan yang bertanggung jawab. Di aktivitas pembelajaran minggu ke-14 diajarkan konsep yang sangat penting bagi guru untuk memainkan perannya secara maksimal seperti komunikasi asertif. Komunikasi yang didasarkan atas kemampuan individu untuk mendengarkan sudut pandang orang dan merespon dengan dengan penuh kejujuran dan rasa hormat  serta menghargai. Selain itu saya belajar menjadi penanya efektif dan pendengar aktif yang akan membantu menciptakan proses coaching berjalan sesuai tujuan dan harapan. Coaching sebagai dasar untuk menggali dan mendorong potensi yang dimiiki coachee untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

 

*         Change

Perubahan yang dilakukan oleh saya mulai belajar untuk menyusun rencana pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran social emosional dan pembelajaran berdiferensiasi dan mengaplikasikannya di kelas. Selain itu, akan menggerakkan teman sejawat untuk mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi serta kompetensi sosial emosional dalam praktik baik di kelas. Saya akan Mengubah cara berkomunikasi saya dengan komunikasi asertif. Selalu melakukan coaching terhadap penyelesaian masalah yang dihadapi murid dengan menjadi penanya efektif dan pendengar aktif.

 


JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-15

OLEH: Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

 CGP Angkatan 4 SMK Negeri 2 Songgom Kab. Brebes

Model 1: 4F (Facts, Feelings, Findings, Future)

 

*        Fact ( Peristiwa )

Setelah saya belajar modul tentang Coaching dan mencoba melakukan praktik sederhana dalam mengajar yang saya rasakan adalah bahwa untuk menjadi seorang coach yang baik dibutuhkan untuk pengelolaan diri, karena kebiasaan atau cara mengajar sebelumnya dimana dalam setiap komunikasi kecenderungan guru adalah  memberikan solusi bagi persoalan siswa atau cenderung menjadi mentoring atau konseling. Namun dalam praktik coaching guru dituntut untuk menekan nafsu dalam keinginan mengusai atau menjadi pemeran utama dalam menyelesaikan sebuah kasus serta memberikan kesempatan kepada coachee untuk mengeksplore diri dengan memberikan pertanyaan pemantik untuk memunculkan potensi siswa. Dalam melakukan praktik sederhana ada beberapa hambatan misalkan komunikan yang pasif dalam proses komunikasi.

 

*        Feelings ( Peraasaan )

Perasaan saya adalah saya senang setelah menerapkan praktik coaching model TIRTA dan hasilnya sangat memuaskan yakni saya mampu menerapkan langkah- langkah TIRTA dengan baik dan hal ini menjadi pemantik bagi coachee untuk menunjukkan potensinya dalam mengambil langkah rencana aksi dan tanggungjawab. Walaupun ada beberapa halangan kecil yakni dalam memulai pembicaraan untuk membangun chemistry dengan coachee agar mempercayai coach dalam membantu untuk meyelesaikan persoalan yang dihadapi coachee.

 

*         Finding ( Pembelajaran )

Dalam proses coaching saya dapat belajar mengenai pentingnya memiliki perilaku komunikasi asertif bagi seorang coach yakni  kemampuan berkomunikasi secara jujur, tegas,lugas tetapi mampu menghargai perasaan orang lain. Semua hal ini dapat dimiliki oleh seorang coach apabila memilki niat yang tulus serta keinginan untuk membantu coachee. Hal baru yang saya dapatkan adalah mengenai teknik menyampaikan pertanyaan pemantik dalam memancing caochee untuk menemukan potensinya sendiri.

*        Future ( Penerapan )

Setelah mempelajari coaching model TIRTA saya tertarik dan ingin menerapkan. Karena  coaching model TIRTA akan sangat mambantu saya dalam memberikan layanan kepada siswa saya dalam menghadapi setiap persoalan baik dalam belajar maupun relasi sosial. Coaching model TIRTA berbeda dan memberikan refrensi baru bagi saya sebagai konselor yakni jika sebelumnya konselor berperan menggali masalah yang dilalui oleh konseli maka coaching model TIRTA sangat menolong untuk memberikan layanan dari sisi lain yakni menggali potensi siswa dalam menyelesaikan masalah. Sementara dalam coaching model TIRTA, coach tidak secara langsung memberikan solusi kepada coachee tetapi memberikan kesempatan bagi coachee untuk menemukan potensi dirinya dalam menyelesaikan masalah.


JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-16

OLEH: Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan 4 SMK Negeri 2 Songgom Kab. Brebes

Model 1: 5C (Connection, challenge, concept, change)

 

v  CONNECTION

Coaching merupakan suatu bentuk hubungan yang terjalin antara coach dan coachee dalam hal memaksimalkan potensi pribadi dan profesional  untuk menstimulus dan mengeksplorasi pikiran agar dapat memaksimalkan potensi personal dan profesional. Hal ini tentunya sangat berkaitan erat dengan peran guru penggerak yakni menjadi pelatih bagi guru lain untuk pembelajaran yang berpusat pada murid. Dengan demikian sangat penting bagi seorang Calon Guru penggerak untuk mengetahui bagaimana menjadi coach yang baik agar dapat meningkatkan potensi peserta didik.

 

v  CHALLENGE

Selama mengikuti rangkaian pembelajaran Calon Guru Penggerak semua materi melengkapi apa yang sudah dilakukan oleh Calon Guru Penggerak dalam kegiatan belajar mengajar sebelumnya. Ada beberapa hal baru yang saya ketahui yaitu model coaching TIRTA. Hal lain yang penting adalah dalam pelaksanaan coaching seorang coah harus dapat memposisikan diri agar tidak melakukan posisi mentor, konselor dalam proses coaching.

 

v  CONCEPT

Konsep -konsep penting yang dipelajari:

*      Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan

Sistem Among merupakan salah satu kekuatan dalam pendekatan pendampingan coaching bagi guru dengan mendampingi pekembangan murid atas dasar kasih sayang, tanpa pamrih dan rasa ingin menguasai serta memberi teladan agar murid mampu mengembangkan potensi dirinya secara pribadai secara mandiri. Hal ini sesuai dengan semboyan pendidikan dai Ki Hajar Dewantara Ing Ngarso Sung Tulodho Ing  Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.


*      Komunikasi Yang Memberdayakan

Komunikasi adalah hubungan yang simetris, dalam berkomunikasi bahasa harus dimengerti dengan benar, dilakukan dengan tulus oleh kedua belah pihak serta sepakat dan mengaku untuk mematuhi norma yang berlaku. Beberapa hal penting yang perlu dilatih untuk melancarkan parktik coaching adalah: Komunikasi asertif, pendengar aktif, bertanya efektif serta umpan balik secara positif.

*      TIRTA Sebagai Model Coaching.

Model coaching TIRTA merupakan hal yang simple untuk dipraktikkan namun memiliki banyak pengaruh terhadap pelaksanaan coaching jika dilakukan sesuai dengan langkah- langkah coaching model TIRTA yakni  Tujuan Umum, identifikasi, Rencana aksi dan Tanggungjawab.

v  CHANGE

Untuk meningkatkan atau memecahkan masalah siswa biasanya kita seorang guru menjadi seorang mentor atau konselor yang selalu menguasai pembicaraan dan memiliki kecenderungan memberikan solusi, maka setelah mempelajari materi ini Calon Guru Penggerak melakukan perubahan coaching sesuai model yang dipelajari dengan lebih benyak menggunakan pertanyaan pemantik untuk merangsang munculnya potensi yang dimiliki oleh coachee dalam menyelesaikan masalah

 


JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-17

OLEH:

Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan 4 SMK Negeri 2 Songgom Kab. Brebes

Model atau Gaya Round Robin

 

Model atau gaya Round Robin sebagai cara dalam merefleksikan hasil pembelajaran. Panduan pertanyaan dalam melakukan refleksi minggu ini adalah:

·       Apa hal yang paling Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Mengapa Anda merasa hal tersebut bisa membuat Anda sangat menguasainya? 

·       Apa hal yang belum Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi hal tersebut? 

·       Apa hal yang masih membingungkan Anda dari pembelajaran hari ini? Ceritakan hal-hal apa saja yang membuat hal tersebut membingungkan.

Minggu ke-17 saya telah disajikan aktivitas pembelajaran baru yaitu mulai mempelajari modul 3.1 pengambilan keputusan. Di minggu ini saya mempelajari berbagai aktivitas pembelajaran diantaranya:

·       Eksplorasi konsep mandiri

·       Eksplorasi konsep forum diskusi

·       Ruang kolaborasi pengerjaan (vicon)

Berikut adalah hasil dari pertanyaan pemantik tersebut:

1.        Apa hal yang paling Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Mengapa Anda merasa hal tersebut bisa membuat Anda sangat menguasainya? 

Saya mampu membedakan dilema etika/ethical dilemma dengan bujukan moral/moral temptation. Saya mampu mengidentifikasi jenis dilema berdasarkan 4 paradigma, baik dilema yang dihadapi orang lain maupun diri sendiri yaitu :

·            Individu lawan masyarakat (individual vs community

·            Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy

·            Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty

·            Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Saya mengetahui 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu (Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) untuk menghadapi dilema etika.

Saya mengetahui 9 Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan, yaitu: 

·         Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, 

·         Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, 

·         Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, 

·         Pengujian benar atau salah, 

·         Pengujian Paradigma Benar lawan Benar, 

·         Melakukan Prinsip Resolusi, 

·         Investigasi Opsi Trilema, 

·         Buat Keputusan, 

·         Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan.

Saya merasa mampu memahami materi tersebut setelah belajar menganalisis beberapa kasus yang disajikan dalam LMS dan mendapat tanggapan dari sesama rekan CGP dan fasilitator.

 

2.        Apa hal yang belum Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi hal tersebut?

Yang masih belum saya kuasai adalah bagaimana cara menentukan pengambilan keputusan yang bijaksana, tidak merugikan salah satu pihak dan tidak ada resiko setelahnya. Karena meskipun kita sudah berusaha memutuskan sesuatu sesuai dengan pendekatan 4 paradigma dilema, sesuai dengan 3 prinsip dan berdasarkan 9 konsep pengambilan dan pengujian keputusan, namun belum tentu hasil akhir dari keputusan yang kita buat itu benar-benar tepat sasaran dan tidak ada penyesalan di belakangnya.  Yang akan saya lakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah haruslah benar-benar teliti, cermat dan hati-hati, tidak mengambil keputusan secara terburu-buru dan merefleksi kembali apakah keputusan yang kita ambil.

3.        Apa hal yang masih membingungkan Anda dari pembelajaran hari ini? Ceritakan hal-hal apa saja yang membuat hal tersebut membingungkan. 

Yang masih membuat saya bingung dari pembelajaran hari ini adalah menganalisis 4 paradigma dilema dan menetukan serta memilih diantara 3 prinsip dan 9 konsep pengambilan dan pengujian keputusan sesuai dengan teori yang sudah saya pelajari. Hasil akhir dari keputusan bisa mewakili aspirasi seluruh pihak yang terlibat. Dan tidak memicu dilema baru di masa mendatang.

 


JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-18

 OLEH: 

Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan 4 SMK Negeri 2 Songgom Kab. Brebes

Model 4C (Connection, Challenge, Concept, Change)

 

*        Connection

Sekolah/Satuan Pendidikan Berperan dalam menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia melalui proses kegiatan belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan dengan baik maka harus ada sosok pemimpin pembelajaran yang mengelola dan memimpin proses tersebut. Seorang pemimpin di sekolah tersebut akan menghadapi situasi di mana mengambil suatu keputusan yang banyak mengandung dilema secara etika, dan berkonflik antara nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar. Keputusan-keputusan yang diambil di sekolah akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah. Seorang guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran diharapkan mampu melakukan pengambilan keputusan berdasarkan prinsip pemimpin pembelajaran, mampu menyadari dan menggunakan prinsip moral dalam melakukan pengambilan keputusan dan mampu menerapkan strategi untuk menghindari adanya isu kode etik kepemimpinan sekolah dan konflik kepentingan. Seorang guru, itu harus memberikan tauladan atau contoh praktek baik kepada murid. Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Triloka ing madyo mangun karsa dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Triloka Tut Wuri Handayani.

 

*        Challenge

Sebelum mempelajari modul ini ketika saya menerapkan pengambilan suatu keputusan cenderung hanya mengedepankan kepentingan sesaat saja tanpa menggunakan konsep pengambilan dan pengujian keputusan yang benar . Saya pikir keputusan yang saya ambil sudah benar. Namun setelah mempelajari modul ini saya menjadi tahu bahwa dalam pengambilan keputusan banyak hal yang harus dikaji dan dipertimbangkan, dengan menerapkan 9 konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai acuan pengambilan keputusan. Selain itu hal yang juga harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan adalah paradigma dilema etika maupun prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang baik.

 

*        Concept

Memasuki materi eksplorasi konsep pada forum diskusi saya dihadapkan dengan tugas menganalisis kasus dilema etika berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Pemahaman saya makin bertambah Ketika berdiskusi di ruang kolaborasi dengan sesama CGP lebih-lebih diperkuat oleh fasilitator yang memberikan masukan dan arahan terkait topik di modul ini. Konsep utama yang menurut saya penting untuk terus dibawa selama menjadi calon guru penggerak atau bahkan setelah menjadi guru penggerak adalah konsep yang berkaitan dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang terdiri dari: (1)Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini (2)Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini (3)Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini (4)Pengujian benar atau salah, meliputi: a. Uji Legal, b. Uji Regulasi/Standar Profesional, c. Uji Intuisi, d. Uji Halaman Depan Koran e. Uji Panutan/Idola f. Uji halaman depan koran, g. Uji Panutan/Idola (5) Pengujian Paradigma Benar lawan Benar (6)Melakukan Prinsip Resolusi (7) Investigasi Opsi Trilema (8)Buat Keputusan (9)Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan.

Langkah-langkah pengambilan keputusan di atas sangat penting dipahami oleh seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran sebagai pedoman dan acuan dalam mengambil suatu keputusan.

 

*        Change

Setelah mendapatkan materi ini membuka pemahaman saya tentang bisa membedakan dilema etika dan bujukan moral. Bagaimana cara pengambilan keputusan yang berkaitan dengan dilema etika. Semakin terbukanya pemahaman ini merupakan awal kemudahan dalam mengimplementasikan di sekolah saya, bukan saja untuk diri pribadi melainkan juga komunitas yang ada di sekolah saya. Dengan berlatih mengambil keputusan melalui kasus-kasus yang ada di LMS maupun kasus riil yang terjadi di sekolah saya, saya sudah bisa melakukan pengambilan dan pengujian keputusan walaupun belum sempurna, dan tidak ada lagi kendala yang berarti dalam melakukan analisis beberapa pengambilan keputusan.

JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-19

OLEH:

Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan 4 SMK Negeri 2 Songgom Kab. Brebes

Model 5 R (Reporting, Responding, Relating, Reasoning, Recontructing)

 

*        Reporting

Pada minggu ke-19 tersebut CGP mempelajari Refleksi Terbimbing, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi, Koneksi Antar Materi dan Aksi Nyata. Pada kegiatan refleksi terbimbing, CGP melakukan refleksi dan mengadakan metakognitif terhadap proses pengambilan keputusan yang telah dilalui dan menggunakan pemahaman baru untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan.  Selanjutnya melaksanakan kegiatan demonstrasi kontekstual, yaitu CGP mampu  mengambil keputusan berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajari tentang berbagai paradigma, prinsip, pengambilan dan pengujian keputusan pada lingkungan sekolah/sosial. Teknik dan tahapan yang telah dipelajari selanjutnya mampu diterapkan dalam praktik pengambilan keputusan melalui kegiatan Elaborasi  pemahaman (sesi instruktur), yaitu CGP menuliskan berberapa pertanyaan yang ada dalam LMS untuk mengkolaborasikan pemahaman konsep yang belum dipahami, dan akan didiskusikan dalam pertemuan googlemeet bersama fasilitator.

 

*        Responding

Pada kegiatan Demonstrasi kontekstual, CGP dapat membuat sebuah jurnal monolog mengenai pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Jurnal ini berupa blog, tulisan naratif, video atau audio yang merekam diri dan menyampaikan sendiri konten. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang telah di sediakan, CGP dapat mendeskripsikan sesuai dengan pemahamannya terhadap modul yang telah dipelajari dengan menekankan pada keempat paradigma dilema etika, tiga prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengujian keputusan pada konsteks di sekolah masing-masing.  Dalam kegiatan demonstrasi kontekstual ini, saya merasa bahwa dengan kegiatan ini saya dapat mengukur kemampuan saya dalam memahami modul yang telah dipelajari.

 


*        Relating

Pembelajaran pada modul 3.2 ini mengenai 4 paradigma dilema etika, tiga prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan. Setelah mempelajari tahapan-tahapan dalam pengambilan keputusan, saya memiliki pemahaman baru dan memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi dilema etika  yang sesuai dalam setiap kasus yang disediakan agar saya mampu memecahkan masalah terhadap kasus-kasus disekolah khususnya dengan menggunakan tahapan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

 

*        Reasoning

Penerapan modul 3.2 mengenai pengambilan keputusan berdasarkan pengetahuan yang telah saya pelajari dalam modul ini mengenai paradigma dilema etika, tiga prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan, selanjutnya saya melakukan identifikasi dan menganalisis apa saya bahan, alat dan pihak-pihak yang berkaitan yang akan saya butuhkan dalam melakukan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

 

*        Reconstructing

Setelah mempelajari modul 3.2 mengenai pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dengan menerapkan tahapan dalam pengambilan keputusan yaitu mengenai paradigma dilema etika, tiga prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan.  Setiap keputusan yang kita buat akan ada konsekuensi yang dihadapi, sehingga dalam membuat keputusan harus bertanggung jawab atas konsekuensi yang mempengaruhinya. Proses pengambilan keputusan sebagai pempin pembelajaran juga dapat dikolaborasikan dengan penerapan coaching model TIRTA, sehingga memudahkan CGP dalam membuat keputusan sesuai dengan tujuan, sesuai indentifikasi kasus, memiliki rencana aksi dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang telah dibuat.  

 


JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-20

OLEH:

Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan 4 SMK Negeri 2 Songgom Kab. Brebes

Model 4 F ( Facts, Feeling, Finding, Future)

 

v  Facts (Peristiwa)

Yang saya lakukan pada minggu ini yaitu mulai dari diri. Kegiatannya mengeksplorasi pengetahuan tentang faktor yang dapat memberi pengaruh bagi ekosistem yang ada di sekolah.  Membaca ulasan dan menjawab sendiri serta memberikan catatan tentang pemahamn yang ada. Dilanjutkan terus eksplorasi konsep mandiri tentang Pemimpin dalam pengelolaan berpikir berbaiss asset dan berpikir berbasis kekurangan maupun masalah.  Langkah kita yaitu mengambil langkah pemetaan sumber daya yanga da di sekitar kita. Berpikir Aset(Asset Based Development/ABCD) yaitu mengenal dan memahami potensi yang dimiliki oleh diri dan sekolah dalam upaya untuk meningkatkan proses dan kualitas pembelajaran di sekolah.

v  Feeling (Perasaan)

Persaan saya tentunya sangat luar biasa, karena materi ini merupakan materi yang sangat berguna dalam mengelola sumber daya dan meningkatkan kualitas, yang mana ini sangat berguna bagi saya untuk memimpin pembelajaran dan mengelola sumber daya yang dimiliki.

v   Finding ( Pembelajaran)

Dalam modul ini khusus pada minggu ini pembelajaran yang dapat saya ambil yaitu bagaimana mengidentifikasi faktor-faktor yang akan mempengaruhi lingkungan sekolah. Kita sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu megidentifikasi sumber daya dan mampu memetakan sumber daya yang dimiliki dan dapat menggunakan sumber daya tersebut agar semakin bermanfaat.

v  Future (Penerapan)

Untuk penerapan saya akan tetap menggali ilmu tentang materi modul 3.2 ini dan menerapkannya di sekolah dalam memimpin pembelajaran seperti peran dan fungsi dari Guru Penggerak dan berbagi materi dengan rekan sejawat serta mengajak mereka menerapkan ilmu yang sudah didapat berpikir berbasis Asset.


JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-21

 OLEH: 

Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan 4 SMK Negeri 2 Songgom Kab. Brebes

Model 4 F ( Facts, Feeling, Finding, Future)

 

*        Facts (Peristiwa)

Pada awal minggu ini semua saya mengikuti sesi elaborasi pemahaman. Pada kesempatan ini Calon Guru Penggerak  kembali diingatkan akan materi yang sudah dipelajari secara mandiri bersama fasilitator tentang Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Hal baik yang diperoleh dalam sesi ini adalah kesadaran bahwa keberhasilan sebuah proses pembelajaran tergantung dari bagaimana cara pandang sekolah melihat ekosistem sekolah apakah sebagai sebuah kekuatan atau sebuah kelemahan. Dalam mempraktikan hal ini dibutuhkan adanya kolaborasi dan penyatuan konsep bahwa setiap aset wajib dipandang sebagai sebuah kekuatan untuk mewujudkan keberhasilan belajar.

 

*        Feelings (Perasaan) : 

Selama mengikuti sesi elaborasi dan lokakarya saya sangat senang karena dapat bertukar pikiran dengan Instruktur, Fasilitator dan Pengajar Praktik mengenai materi Pemimpin dam pengelolaan sumber daya. Selain senang juga mendapatkan dukungan dan pemahaman baru mengenai pentingnya mengidentifikasi dan mengetahui  kompetesi yang dimiliki serta strategi pengembangan diri Calon Guru Penggerak yang nantinya dapat diterapkan sebagai sebuah upaya pengembangan diri untuk menjadi Calon Guru Penggerak yang dapat dijadikan agen perubahan di sekolah.

 

*        Findings (Pembelajaran)

Pelajaran baru yang didapatkan selalam sesi elaborasi dan lokakkarya adalah bahwa penting bagi guru sebagai pemimpimpin pembelajaran untuk mengidentifikasi aset yang dimiki oleh sekolah serta dapat digunakan sebagai sarana belajar sehingga pembelajaran di sekolah dapat menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan berpihak pada murid. Hal ini selaras dengan salah satu nilai  guru penggerak yakni berpihak pada murid. Hal baru yang saya temukan dalam pembelajaran ini adalah bahwa semua aset yang dimilki sekolah jika dioptimalkan penggunaanya maka akan membawa sebuah perubahan besar bagi perkembangan sekolah.

 

*        Future (Penerapan)

Apabila semua aset yang dimilki dipetakan dan dimanfaatkan dengan baik dan tepat maka  pendidikan di lingkungan sekolah akan berkembang sesuai kekuatan masing-masing sekolah, yang mendorong majunya pembelajran yang berpihak pada murid sebagai wujudnya meredeka belajar. Hal yang dilakukan adalah mulai memetakan aset sekolah dan melakukan aksi nyata dalam pembelajaran di kelas.


JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-22

 OLEH: 

Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan 4 SMK Negeri 2 Songgom Kab. Brebes

Model 4 F ( Facts, Feeling, Finding, Future)

 

*        Connection 

Pada minggu ini saya menyelesaikan Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya yaitu  elaborasi pemahaman dengan instruktur yang sangat menginspirasi dari awal perkenalan sampai dengan cara memberikan refleksi. Pengelolaan sumber daya berupa aset yang dimiliki oleh SMK Negeri 2 Songgom,  berhasil kami petakan sesuai permintaan  LMS modul 3.2.a.7 Demontrasi kontekstual. Kemudian dilanjutkan dengan membuat koneksi antar materi dan diakhiri dengan aksi nyata. 

Pada hari Sabtunya kami melakukan lokakarya 5. Selama pembelajaran berlangsung  hal baik yang saya alami adalah bahwa materi ini sangat bermanfaat, dan semakin membuka wawasan saya tentang pentingnya aset based thinking sebagai salah satu pendekatan untuk mengembangkan potensi.  Saya selalu mendapatkan informasi dari Fasilitator dan selalu berdiskusi dengan rekan rekan CGP sehingga hal tersebut semakin membantu pemahaman saya. Dan juga meningkatkan kolaborasi dengan rekan sejawat untuk pemetaan aset sehingga semakin memperkuat pola saya untuk bersama bergerak menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid melalui aset yang dimiliki sekolah.

 

*        Challenge 

Selama pembelajaran berlangsung, saya merasa tertantang dan termotivasi untuk terus menggali sumber daya yang ada di SMK Negeri 2 Songgom Kab. Brebes meliputi 7 aset/modal yang sebelumnya belum pernah terpikirkan bahwa hal-hal tersebut merupakan aset luar biasa yang dimiliki untuk progres pengembangan sekolah.  

Jiwa kolaborasi saya juga semakin meningkat seiring berjalannya waktu untuk menganalisis dan memetakan aset-aset tersebut yang belum bisa saya kerjakan sendiri karena tentunya saya harus bertanya atau berdiskusi langsung dengan pihak-pihak terkait terutama dengan pihak-pihak yang bisa membantu saya dalm melakukan aksi nyata sebagai Pemimpin pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya.

 

*        Concept 

Materi tentang Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) yaitu sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir. 

Berdasarkan teori tersebut, saya belajar menganalisis dan memetakan 7 modal/aset yang dimiliki sekolah yang sangatlah luar biasa dan perlu untuk terus digali, dari pada hanya sekedar memikirkan dan menfokuskan pikiran pada kelemahan/kekurangan yang saat ini kita hadapi, karena akibatnya bisa mengganggu dan menimbulkan ketidak nyamanan.

 

*        Change 

Setelah mendapatkan materi Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, maka dalam pengelolaan sumber daya saya akan lebih memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan (modal/aset) serta fokus pada potensi yang positif. Saya akan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ekosistem sekolah, mengelola sumber daya yang ada di sekolah dengan menggunakan pendekatan Pengembangan Komunitas berbasis Aset (Asset Based Community Development/ABCD) sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang berpihak pada murid.

 


JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-23

 OLEH: 

Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan 4 SMK Negeri 2 Songgom Kab. Brebes

 

Materi yang dipelajari pada minggu ke-23 ini yaitu melanjutkan eksplorasi konsep unggah tugas dan diskusi mandiri mengenai pengelolaan program yang berdampak pada murid. Kemudian dilanjutkan dengan ruang kolaborasi diskusi dan presentasi mengenai perencanaan program yang berdampak pada murid yang dikerjakan perkelompok. Hari terakhir pembelajaran di minggu ini diisi dengan refleksi terbimbing mengenai materi pengelolaan program yang berdampak pada murid. Materi pada modul ini sangat penting bagi saya sebagai calon guru penggerak.

Selama ini dalam merencanakan dan menyusun program kegiatan di sekolah masih belum dilakukan sesuai tahap pengelolaan program yang berdampak pada murid. Tahap-tahap yang seharusnya dilakukan yaitu:

1.        Menganalisis aset apa yang dapat dimanfaatkan dalam penyusunan program yang berdampak pada murid.

2.        Merencanakan program yang berdampak pada murid dengan tahapan BAGJA.

3.        Menerapkan manajemen Risiko dan mengelola risiko menjadi sebuah potensi yang berorientasi pada pembelajaran murid. 

4.        Melakukan monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid.

Materi mengenai pengelolaan program yang berpihak pada murid sangat bermanfaat bagi seorang guru penggerak, terutama mengenai menentukan prioritas masalah dan kebutuhan di sekolah, bentuk-bentuk program dan strategi memilih bentuk program yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan, tahapan pengelolaan program yang efektif dan berdampak serta mengevaluasi praktik yang selama ini dijalankan di sekolah, manajemen risiko dan mengelola risiko menjadi sebuah potensi yang berorientasi pada pembelajaran murid  serta prinsip-prinsip monitoring dan evaluasi serta menerapkannya dalam pengelolaan program

Setelah mendapatkan materi mengenai pengelolaan program yang berpihak pada murid, saya berencana untuk melakukan beberapa perubahan dalam praktik yang saya lakukan. Saya akan selalu menerapkan teknik pengelolaan program yang berpihak pada murid tersebut dalam setiap aktivitas yang saya lakukan dalam merencanakan dan melaksanakan suatu program


JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-24

 OLEH: 

Mohamad Nurokhudin, S.Pd.

CGP Angkatan 4 SMK Negeri 2 Songgom Kab. Brebes

 

Dalam kegiatan refleksi minggu 24 ini, saya menggunakan model 4F (Fact, Feeling, Finding and Future)

*        Fact (Peristiwa) 

Minggu ke 24 kami bersama rekan CGP yang dipandu oleh fasilitator membuat rencana program atau kegiatan sekolah yang secara sengaja dirancang untuk mendorong tumbuhnya kepemimpinan murid dan terlibat secara aktif dalam diskusi dengan rekan-rekan CGP yang lain dalam asyncronus. Dilanjutkan dalam ruang kolaborasi sesi diskusi presentasi kelompok dan kelompok lainnya dalam program atau kegiatan yang telah kami buat bersama secara syncronus.  Dalam Kegiatan refleksi terbimbing kami melakukan refleksi dan metakognisi terhadap pembe;lajaran yang telah kami lakukan dan apa yang harus dipertimbangkan kemudian dalam menyusun program/ kegiatan yang berdampak pada murid. Selanjutnya Dalam Kegiatan Demosntrasi Kontekstual, kegiatan ini menyusun rumusan prakarsa perubahan bagi sekolah sendiri. Kemudian, menggunakan kerangka perubahan BAGJA (yang telah dipelajari pada modul sebelumnya) dengan menyusun pertanyaan dan apa yang harus dilakukan dalam setiap tahapan BAGJA.

 

*        Feeling (Perasaan

Setelah saya mempelajari materi tersebut, perasaan saya bersyukur bisa belajar dan berbagi melalui pendidikan guru penggerak sampai dengan hari ini. Bangga bisa memberikan kebermanfaatan pada sekolah dan komunitas ilmu dipendidikan guru penggerak. Bahagia bisa berdiskusi dengan rekan-rekan CGP hebat. Sedih pada modul akhir ini Fasilitator Kami bapak Zainal safiudin sakit dan digantikan dengan fasilitator lain di akhir modul.

 

*        Finding (Pembelajaran) 

Mengembangkan ide menjadi sebuah prakarsa perubahan dalam bentuk rencana prgram atau kegiatan yang memanfaatkan model manajemen perubahan BAGJA dalam mengelola sekolah yang berdampak pada murid. Bentuk program dan strategi memilih bentuk program yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan aspek-asepk dalam mengembangkan program dan manajemen resiko dan mengelola resiko menjadi sebuah potensi yang berorientasi pada pembelajaran murid serta prinsip monitoring, evaluasi dan implementasi dalam pengelolaan program. Pengelolaan program yang berdampak pada murid tentang bentuk program sekolah sederhana dan membuat perencanaan program sekolah yang berdampak pada murid serta dalam pengelolaan program dengan strategi MELR dan manajemen resiko. 

 

*        Future (Penerapan

Menganalisis aset apa yang dapat dimanfaatkan dalam penyusunan program. Merencanakan program yang berdampak pada murid dengan tahapan BAGJA. Menerapkan manajemen resiko dan mengelola resiko menjadi sebuah potensi yang berorientasi pada pembelajaran murid. Melakukan monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan program.